Jumat, 12 Agustus 2011
Sebuah Cerita Dari Seorang Teman
Sejak siang hingga menjelang sore, cewe itu duduk di beranda belakang rumahnya yang menghadap ke pantai. Aku ingin kau tau kenapa di waktu yang sama, ia selalu berada di sana, seperti tengah menanti seseorang yang sudah semakin lama nggak datang-datang. Dan bila hari berubah gelap, ia kembali masuk ke rumah, dengan raut wajah kelam.
Setelah kutanyakan pada salah seorang temanku, barulah ku ketahui. Ternyata, cewe itu sedang menanti!
Oh, rupanya cewe itu sedang menunggu peria. Kenapa cewe itu selalu menunggu datangnya peria? Maka pada suatu sore yang mendung, saat awan hitam bergerak menutupi sebagian langit, aku bermaksud mendatanginya untuk sekedar berkenalan. Aku sudah lama menanti saat yang tepat untuk lebih mengenalnya.
Namun sebelum niatku terlaksana, hujan terlanjur pecah menghalangiku, meskipun pada saat itu bulan bersinar terang, aku menunggu hingga hujan itu pun berhenti.
Dari kejauhan, ku lihat cewe itu tersenyum di sepanjang jalan pas dia kearah ku, aku tidak tau apa yang ditatapnya. Begitu cantiknya ia, manakala senyuman mengembang. Sepertinya, kerinduan yang selama ini terpendam, terobati sudah.
Aku yang bermaksud mendekatinya, terpaksa berbalik menahan diri. Aku tidak mau mengganggu kesenangan cewe itu. Di siang yang lain, saat cuaca cerah, ku coba untuk kembali mendekatinya. Aku ingin menemui cewe itu di depan jalan menuju rumahnya. Sebagai seorang yang baru ia kenal. Siapa tau dia bias lebih dari sekedar teman.
Tetapi sebelum aku berharap-harap denganya, seorang cowo lebih dulu datang. Aku merasa cewe itu merasa terganggu sama kehadiranku. Siang itu teman-temanku selalu bertanya (apakan kamu menyukai cewe itu? ). Aku tidak bisa menjawab atau pun berbohong kepada teman-temanku.
“kamu beruntung bisa bertemu cewe itu. Cantik, kan? Kata seorang teman
“bukan masalah cantik atau ngga, aku hanya bimbang pada apa yang ia katakana pada ku.”
“maksud kamu?”
“seperti yang kamu tau sebagai temannya itu…..
“udah ku bilang, kalo ada yang begitu seperti itu……..
Aku menghela nafas. Aku masih ga habis pikir tentang cewe itu.
Kalo benar cewe itu bernama (berfikir lah)ia terbatas untuk waktu-waktu tertentu, berarti waktu ku hanya membuat putaran sekelilingnya. Tapi aku tidak mengerti tentang satu hal dari dia, tetapi masih adakah waktu untuk bisa menyadarinya. Sebelum kulangkahkan kaki, kupikir ini kesempatan tetapi itu hanyalah sebuah lubang untuk kepastian yang terlihat dari setiap mata seseorang yang pernah kulihat dari pandangan mereka.
Setelah kutanyakan pada salah seorang temanku, barulah ku ketahui. Ternyata, cewe itu sedang menanti!
Oh, rupanya cewe itu sedang menunggu peria. Kenapa cewe itu selalu menunggu datangnya peria? Maka pada suatu sore yang mendung, saat awan hitam bergerak menutupi sebagian langit, aku bermaksud mendatanginya untuk sekedar berkenalan. Aku sudah lama menanti saat yang tepat untuk lebih mengenalnya.
Namun sebelum niatku terlaksana, hujan terlanjur pecah menghalangiku, meskipun pada saat itu bulan bersinar terang, aku menunggu hingga hujan itu pun berhenti.
Dari kejauhan, ku lihat cewe itu tersenyum di sepanjang jalan pas dia kearah ku, aku tidak tau apa yang ditatapnya. Begitu cantiknya ia, manakala senyuman mengembang. Sepertinya, kerinduan yang selama ini terpendam, terobati sudah.
Aku yang bermaksud mendekatinya, terpaksa berbalik menahan diri. Aku tidak mau mengganggu kesenangan cewe itu. Di siang yang lain, saat cuaca cerah, ku coba untuk kembali mendekatinya. Aku ingin menemui cewe itu di depan jalan menuju rumahnya. Sebagai seorang yang baru ia kenal. Siapa tau dia bias lebih dari sekedar teman.
Tetapi sebelum aku berharap-harap denganya, seorang cowo lebih dulu datang. Aku merasa cewe itu merasa terganggu sama kehadiranku. Siang itu teman-temanku selalu bertanya (apakan kamu menyukai cewe itu? ). Aku tidak bisa menjawab atau pun berbohong kepada teman-temanku.
“kamu beruntung bisa bertemu cewe itu. Cantik, kan? Kata seorang teman
“bukan masalah cantik atau ngga, aku hanya bimbang pada apa yang ia katakana pada ku.”
“maksud kamu?”
“seperti yang kamu tau sebagai temannya itu…..
“udah ku bilang, kalo ada yang begitu seperti itu……..
Aku menghela nafas. Aku masih ga habis pikir tentang cewe itu.
Kalo benar cewe itu bernama (berfikir lah)ia terbatas untuk waktu-waktu tertentu, berarti waktu ku hanya membuat putaran sekelilingnya. Tapi aku tidak mengerti tentang satu hal dari dia, tetapi masih adakah waktu untuk bisa menyadarinya. Sebelum kulangkahkan kaki, kupikir ini kesempatan tetapi itu hanyalah sebuah lubang untuk kepastian yang terlihat dari setiap mata seseorang yang pernah kulihat dari pandangan mereka.
Di Posting Oleh : Prasetyo ~ http://stefpousibelv1.co.cc/
Artikel Sebuah Cerita Dari Seorang Teman ini diposting oleh Prasetyo pada hari Jumat, 12 Agustus 2011. Terimakasih atas kunjungan anda serta kesediaan anda membaca artikel ini, Kritik dan saran dapat dapat sampaikan melalui kotak komentar. Semoga Artikel Sebuah Cerita Dari Seorang Teman dapat Bermanfaat .. ^_^
Label:
Cerita
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Tulis Komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah membaca Sebuah Cerita Dari Seorang Teman, jika ada yang kurang faham, kalian bisa bertanya melalui komentar, Terima kasih.